Februari 06, 2010

Cina Melawan Pornografi

Ini berita menarik dari Cina. Pemerintah negara ini meningkatkan hadiah uang tunai bagi orang yang melaporkan laman porno. Pekan lalu, Cina menyerahkan sekitar 32 ribu dolar AS sebagai hadiah untuk para pelapor. Kantor Berita Xinhua tidak menyebutkan berapa hadiah untuk setiap orang, namun Pemerintah Cina sangat serius melawan pornografi, yang menurut mereka dapat merusak kesehatan emosional anak-anak.

Selama Desember hingga Januari, Cina telah menerima lebih dari 90 ribu laporan. Pada 2009 lalu, negara ini telah menutup 15 ribu laman pornografi, termasuk juga 11 ribu layanan WAP telepon genggam. Saat ini di negara berpenduduk 1,6 miliar ini, terdapat sekitar 384 juta pengguna internet. Ini jumlah terbesar di dunia. Mereka telah melarang Youtube, Twitter, bahkan juga Facebook.

Keputusan Cina ini memancing konflik, terutama dengan Google.Inc--mesin pencari terkemuka yang juga digunakan di Indonesia. Pekan lalu, Google menyatakan akan keluar dari Cina karena pemerintah itu memberlakukan sensor ketat, termasuk juga terhadap laman, yang secara politik dinilai sensitif. Ancaman Google akan keluar dari Cina tidak membuat negara ini mengubah sikapnya. Mereka tetap melakukan sensor. Dan, ini artinya Google dipaksa untuk ikut atau pergi.

Hebatnya, Cina tidak sekadar menggebrak. Mereka telah mempersiapkan diri apabila mesin pencari terbesar di dunia itu keluar dari Cina. Negara ini telah memiliki mesin pencari sendiri yang bernama baidu. Hebatnya, search engine ini lebih disukai pengguna internet di Cina, bahkan mengalahkan Google. Menurut riset, jumlah pengguna www.baidu.com terus meningkat hingga mencapai 75,7 persen. Sebaliknya, Google terus mengalami penurunan.

Bagaimana dengan Indonesia? Negara ini mayoritas Muslim. Undang-undang pornografi telah dibuat di tengah pertentangan berbagai kalangan. Dan, ketika waktu bergulir, UU ini seakan berada di paling bawah dari berbagai tumpukan masalah. Adegan porno di berbagai tempat terus berlangsung. Di internet, laman-laman porno tetap mudah diakses dengan mengubah tampilan dan nama laman.

Bahkan, di jejaring sosial facebook yang digunakan anak-anak kita, meski penyelenggara melarang anak usia 13-17 tahun menggunakan jejaring ini, foto-foto vulgar semakin tidak terkendali dan tidak terawasi. Nama-nama pemilik akun bisa sesuka hati dan beberapa di antaranya menjijikkan. Ini ancaman nyata di depan mata terhadap anak-anak kita.

Lihatlah data ini: berdasarkan survei Inside Facebook, Indonesia menempati urutan kedua negara tercepat pertumbuhan facebook, setelah AS. Jumlah pengguna mencapai 13.870.120 pada Desember 2009. Angka ini akan menanjak pada Januari, yang diperkirakan mencapai 15 juta lebih pengguna.

Cina telah melakukan keputusan luar biasa. Pemerintah negara komunis ini tentu memutuskan pelarangan laman porno tidak atas dasar prinsip dan nilai-nilai agama. Mereka tidak seperti kita yang menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai agama. Tapi di Cina, mereka serius melawan pornografi ini. Bahkan, negara itu mendirikan institusi resmi bernama Kantor Anti-Pornografi Nasional dan Anti-Publikasi Ilegal.

Cina telah melakukan dengan kekuatan dirinya. Kita tetap berkutat, bahkan tenggelam pada perdebatan yang semakin membosankan sistemik atau tidak; nonaktif atau tidak; turun atau tidak; diganti atau tidak yang tak berhubungan langsung kepentingan jutaan rakyat. Kita menjebak diri kita sendiri, seperti ikan sengaja masuk ke dalam bubu dan kita menyaksikan bangsa ini tanpa merasa bersalah. Bangsa ini menjebak dirinya sendiri, bermusuhan dengan dirinya sendiri.

Cina telah melindungi rakyatnya dari kehinaan dan kerusakan moral. Dan, semestinya itu dilakukan oleh negara-negara yang menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai agama, seperti kita ... Wallahu'alam bishawab.

Januari 16, 2010

Sang Kasih Sayang

Suatu ketika ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumahnya, dan ia melihat ada 3 (tiga) orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata : "Aku tidak mengenal Anda, tapi Aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut". Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suami Anda sudah pulang? Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". "Oh, kalau begitu kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami-mu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang istri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini lalu berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini". Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama," kata pria itu hampir bersamaan. "Lho, kenapa?" tanya si Wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, "Nama dia KEKAYAAN," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya. Dan, "Sedangkan yang ini bernama KESUKSESAN", sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. "Sedangkan aku sendiri bernama KASIH SAYANG. Sekarang, coba tanya kepada suami-mu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumah-mu".

Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohhoo...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan". Istrinya tidak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita". Ternyata anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih Sayang." Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk Si Kasih Sayang ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih Sayang menjadi teman santap malam kita." Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada tiga pria itu. "Siapa diantara kalian yang bernama Kasih Sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kami malam ini." Si Kasih Sayang bangkit, dan berjalan menuju ke beranda rumah. Ohh...ternyata kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan Si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Kasih Sayang yang masuk ke dalam. tapi kenapa kalian ikut juga?" Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang Si Kasih Sayang, maka, kemana pun Kasih Sayang pergi kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada KASIH SAYANG, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya Kasih Sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan, saat kami menjalani hidup ini."


Januari 14, 2010

Menjadi Apapun Dirimu

Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia ‘kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia ‘kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia ‘kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia ‘kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia ‘kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia ‘kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.
Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia ‘kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia ‘kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia ‘kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia ‘kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.
Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.
Menjadi elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.
Menjadi melati-lah, meski tampak tak bermakna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya.
Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.
Menjadi kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.
Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya. Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas ‘tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang.
Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.
Menjadi apapun dirimu…, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu.
Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari kehambaanmu.

Januari 07, 2010

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.
Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.
Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih. Bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka. Janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak.
Ada juga orang yang sama sekali tak pernah beramal tetapi merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu ?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya ? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.
Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak diperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh".
Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat 'TV Thaghut' menyiarkan segala 'kesombongan jahiliyah dan maksiat' ? Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan "Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami. Sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana ?
Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.
Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang. Lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai. Berlalu tanpa rasa bersalah?
Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua". Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?
Apa beda seorang remaja yang menzinahi teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mall. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya".
Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "Lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri

Januari 06, 2010

Belajarlah Lupa

Ada satu hal yang jarang kita pelajari dalam hidup adalah “Belajar Lupa”. Selama ini yang paling sering kita pelajari adalah “Belajar Mengingat” agar hidupnya prestatif. Padahal dalam hidup, banyak hal yang harus kita pelajari dan ini sangat penting yaitu “Belajar Lupa”. Kalau kita tidak pernah belajar lupa, maka nanti kehidupan kita akan banyak terbebani oleh hal-hal yang tidak perlu
Atau masih perlu, hanya nilai manfaatnya sangat sedikit. Belajarlah lupa terhadap kegagalan-kegalan kita, sebab kalau diingat terus nanti akan menyebabkan kita tidak berani melangkah. Ketidakberanian melangkah untuk mendapatkan aneka pengalaman baru akan menyebabkan kita semakin tenggelam dalam suasana kesuksesan orang lain. Belajarlah lupa terhadap keberhasilan-keberhasilan masa lalu, sebab kalau diingat terus akan menyebabkan kita terlena dengan keberhasilan dan akhirnya lupa untuk membuat ribuan keberhasilan-keberhasilan baru agar semakin bermanfaat bagi banyak orang. Sebentar lagi kita akan menikmati hari raya Idhul Fitri, agar hari raya ini menjadi lebih optimal, salah satu caranya adalah “Belajar Lupa”. Belajarlah lupa terhadap orang-orang yang dulu pernah menyakiti, datangi mereka, maafkan mereka, jangan diingat terus rasa sakit hati kita sehingga tidak mau bersilaturahmi. Sebab itu, akan memenuhi kehidupan kita dan lama-lama akan membusuk. Belajar lupa ………. Belajar lupa ………. Belajar lupa ………. InsyaAllah, dengan keberanian secara bersungguh-sungguh untuk belajar lupa, hidup ini akan semakin punya tanaman-tanaman baru yang subur dan bisa di nikmati dengan baik. Sahabat manajemenqolbu, Selamat pulang ke daerah masing-masing dan belajarlah lupa, semoga hidup kita akan penuh keberkahan. Berani hadapi tantangan belajar lupa? Bagaimana pendapat sahabat !!! Masrukhul Amri: Seorang Knowledge

Januari 05, 2010

Senyum Terindah

Aku menemukan senyum itu di salah satu pojok taman kota. Tercecer diantara daun-daun kering yang meluruh, diantara wajah-wajah bersinar yang hilir mudik mengunjungi surau tua di pojok taman, dan terpatri pada seraut wajah dengan kerut yang melorot pada kedua pipinya, tubuh renta bungkuk serta rambut bergelung yang seluruhnya memutih.

Sebenarnya, setiap manusia, yang masih hidup tentunya, dengan gampang dapat menciptakan sebuah senyuman. Tinggal mengangkat sisi-sisi pada kedua sudut bibirnya, jadilah sebuah senyum. Dan bersedekahlah kita melalui senyuman. Begitu kata Pak Ustad di kampungku dulu. Tapi anehnya tak semua manusia berhasil menciptakan senyum yang indah meskipun menggunakan rumus yang sama. Hasilnya bisa
bermacam-macam. Bisa senyum hambar, senyum masam, senyum getir bahkan tak jarang terlihat seperti
menyeringai yang justru menakutkan.

Sepanjang hidupku tak pernah kutemukan senyum seindah ini. Menurutku, senyum yang kutemukan kali ini lebih manis dari senyumnya para artis berbaju minim yang dielu-elukan pemujanya. Atau, lebih menjerat daripada senyum para pejabat, yang pura-pura tersenyum padahal sesungguhnya menyeringai, menyembunyikan taring-taring tajamnya yang sewaktu-waktu siap menerkam jelata sepertiku .

Beberapa teman senasib dan seperjuanganku disini yang merintis karir sebagai tukang sapu taman, selalu mengatakan bahwa aku gila.

Kamu itu gila Min, senyum nenek-nenek ompong gitu kamu bilang indah.

Si Parmin itu kelainan. Gandrung kok sama senyum orang yang sudah bau tanah.

Nah, kalau ini baru indah! Lihat Min! Buka matamu! Haha...ha...

Aku hanya mengeryitkan kening mendengar komentar teman-temanku itu. Tarjo menyorongkan majalah bergambar wanita-wanita tak berbaju kearahku. Sekilas kulirik senyum wanita-wanita seronok itu. Tetap saja tak indah dimataku. Sebuah senyum mesum. Bukan senyum yang indah penuh ketulusan dan kejernihan hati seperti senyum wanita tua itu.

-****-


Udara Jakarta semakin menggerahkan. Sebagai kaum urban, tak banyak yang kuharapkan dari hari kehari
yang kian hampa tanpa kepastian. Mengais rupiah demi rupiah untuk mengisi perut. Masih beruntung bisa makan setiap harinya. Toh, gajiku sebagai tukang sapu taman tak mungkin kutabung untuk membeli mobil mewah atau rumah di Pondok Indah misalnya. Ahseandainya saja sawah di kampungku tak tergusur oleh villa-villa mewah milik orang-orang bermuka licin itu, mungkin aku tak akan pernah berada disini. Berada pada pengapnya udara berpolusi. Berada pada harapan yang kian menghampa.

Hanya pada wanita tua itu aku sedikit berharap. Menemukan ketulusan pada senyum indahnya. Menemukan
kedamaian pada sapanya. Dari hari ke hari aku memunguti kisah hidupnya yang penuh misteri. Bukan
hanya senyumnya yang menarik perhatianku, tapi juga kegiatan yang dilakukannya didepan surau tua itu. Setiap kali aku datang di taman ini untuk bertugas, kulihat wanita tua itu mencabuti rumput-rumput serta mengambili daun-daun kering yang mengotori halaman surau . Dan inilah yang selalu menerbitkan rasa ibaku. Kenapa orang setua dia di suruh membersihkan halaman surau tua itu? Tidakkah ada orang yang lebih muda? Yang tidak harus terbungkuk-bungkuk mengambili daun-daun kering itu?

Biar kubantu membersihkan, Nek, tawarku suatu pagi sambil mengayunkan sapuku di sampingnya.

Wanita tua itu menahan sapu yang kuayunkan sambil tersenyum indah.

Tidak usah, biar Nenek saja yang melakukannya. Insya Allah kamu masih memiliki banyak waktu di banding Nenek.

Aku mengeryitkan kening mendengar jawabannya. Memiliki banyak waktu? Hm, aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Bukankah setiap manusia memiliki waktu yang sama dalam hidupnya? 24 jam sehari semalam? Ah, entahlah, wanita tua itu memang seringkali bersikap aneh. Tapi justru itulah yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh.

-****-


Pagi ini adalah pagi keempat aku membersihkan halaman surau tua di pojok taman kota. Sebenarnya hanya rasa ibalah yang mendorongku untuk bangun lebih pagi dan mendahului wanita tua itu membersihkan halaman surau. Aku sungguh tidak tega melihatnya terbungkuk-bungkuk mencabut rumput serta mengambili daun kering di depan surau sampai berjam-jam. Apalagi kalau mendengar
nafasnya yang tersengal-sengal serasa mau putus karena kecapekan.

Oh, kamu rupanya yang mendahuluiku membersihkan halaman surau ini? lirihnya seolah pada diri sendiri.

Aku mengangguk sambil tersenyum bahagia bias meringankan pekerjaannya, lalu kataku Benar Nek,
mulai sekarang, aku yang membersihkan halaman surau ini. Jadi Nenek tak perlu repot-repot lagi

Oh, begitu suara lirihnya semakin melemah. Di luar dugaanku, wajahnya berubah menjadi sangat bersedih. Air mata berdesakan di sudut matanya. Dan senyum indahnya hilang entah kemana.

Terimakasih atas kebaikanmu, katanya sambil berjalan tertatih-tatih meninggalkanku.

Aku hanya tertegun menatap langkah-langkahnya yang kian menjauh. Ingin aku mencegah kepergiannya, namun kata-kataku tertahan di kerongkongan. Kesedihan di matanya telah menyudutkan aku pada ribuan tanda tanya.

Sejak kejadian itu, dia menghilang dari halaman surau tua dan lenyap seolah di telan bumi. Berminggu-minggu aku berusaha mencarinya. Menanyakan pada setiap penjual kaki lima serta gelandangan yang berdiam di sekitar taman . Namun tak satupun mengetahui kepergiannya. Meski aku tak tahu penyebab kepergian wanita tua itu, perasaan bersalah seringkali menyergapku. Aku telah kehilangan harapan dalam senyum indah dan tulus itu.

Sampai kemudian, suatu siang seusai shalat Jum,at di masjid besar pusat kota, aku menemukan wanita tua itu sedang mencabuti rumput serta mengambili daun-daun kering di halaman masjid. Tubuh bungkuknya tertatih-tatih mengumpulkan daun-daun kering yang meluruh dari pohon besar di halaman Masjid. Keringat mengalir deras dari kedua pelipisnya. Namun dia terus mencambut rumput serta mengambil daun-daun kering itu seolah tak kenal lelah dan tak perduli garang matahari yang membakar kulit keriputnya.

Assalamualaikum, Nek? sapaku hati-hati.

Wanita tua itu terkejut karena keasyikannya mencabuti rumput serta mengumpulkan daun-daun kering terusik oleh sapaanku. Dipandangi wajahku sejenak, lalu dia tersenyum. Senyum indah itu kembali hadir, setelah sekian lama aku kehilangannya.

Waalaikumsalam, oh, kamu?

Aku mengangguk senang. Rupanya dia belum melupakanku. Dia mengipas-ngipaskan daun kering yang baru saja diambilnya ke tubuhnya yang berpeluh.

Mengapa Nenek tiba-tiba pergi? tanyaku tiba-tiba.

Maafkan Nenek kalau kepergian Nenek membuatmu bingung, katanya kemudian, tangannya menepuk-nepuk
pundakku. Karena halaman surau itu telah kau bersihkan setiap paginya, maka Nenek lebih baik pergi

Kenapa begitu? Aku cuma ingin membantu Nenek, Nenek sudah terlalu tua untuk membersihkan halaman surau itu setiap hari, potongku tak sabar.

Wanita tua itu diam tak menjawab. Bibirnya masih menyungging senyum. Lalu dengan tertatih dia berteduh dan duduk di akar pohon yang tumbuh menjulang di pelataran masjid besar itu. Aku mengikuti langkahnya dan duduk di sampingnya.

Nenek dilahirkan dan di besarkan di tempat sampah sebagai gelandangan. Tapi Nenek tak ingin seperti
sampah di hadapan Allah. Usia nenek di dunia ini mungkin tak lama lagi. Dengan membersihkan halaman
rumah Allah itu nenek berharap kelak di hari pembalasan Allah mengijinkan Nenek memasuki rumah-Nya
yang indah. Karena itu Nenek sangat bersedih ketika daun-daun itu kau sapu sebelum Nenek datang. Nenek merasa kehilangan satu kesempatan

Aku tertegun mendengar penjelasan wanita tua itu. Banyak hal berkecamuk di kepalaku. Sungguh tak
menyangka karena alasan itu dia mengambili daun kering serta bersedih ketika pekerjaannya kubereskan. Dia tak jauh berbeda denganku, hidup sebagai gelandangan. Tapi dia lebih bisa menghargai waktunya dibanding aku yang selalu menyesali kehidupan ini. Rasa malu menyergapku saat wanita tua itu kembali berjalan tertatih meninggalkanku dan kembali pada pekerjaannya.

Perlahan aku beranjak meninggalkan halaman masjid. Dari kejauhan tampak wanita tua itu melambaikan
tangannya sambil tersenyum padaku. Senyum terindah yang ingin kukenang sepanjang hidupku.

Aku tak ingin menjadi sampah di hadapan Allah … terngiang ucapannya beberapa menit yang lalu.

Aku juga Nek bisikku lirih, ada tetesan embun membasahi dinding-dinding kalbuku. Menyejukkan.
Mahabesar Allah, yang selalu memberi peringatan di kala lalai dan memberikan kesempatan pada
hamba-hambanya untuk selalu memperbaiki diri.


Januari 02, 2010

Waktu Kita

Temen-temen, coba bayangin dech jika selama kita hidup, kita hanya melakukan ibadah-ibadah "besar" saja. Dengan kata lain kita hanya melakukan sholat dan puasa wajib pada waktu bulan ramadhan (dengan kualitas ibadah yang masih "diragukan"). Maka rata-rata orang hanya mengabdi, memohon dan "ingat" pada ALLAH "hanya" 6 tahun. Sedangkan 37 tahun kita habiskan untuk pekerjaan yang masih belum pasti apakan bernilai "ibadah", perbuatan yang tidak bernilai apa-apa atau bahkan mungkin kegiatan yang bernilai "dosa" (TIDUR, MAKAN WAJIB dan BEKERJA). Dan sisanya selama 7 tahun lebih tidak jelas lagi. Banyak orang yang berdalih bahwa setiap pekerjaannya mereka niatkan untuk ibadah sehingga bernilai ibadahCoba kita ingat-ingat lagi, dan tanya pada diri sendiri apakah benar setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu kita niatkan untuk ibadah? Saya sendiri tidak yakin, coba, kegiatan apa yang selalu kita awali dengan niat (niat yang benar-benar datang dari dalam hati dan kita iringi dengan doa) atau sekedar kita awali dengan mengucap Bismillah. Saya rasa, dan saya yakin sebagian besar dari kita pasti senantiasa "LUPA" untuk melakukan itu. Belum lagi kalau kita bicara kewajiban-kewajiban lain yang segaja tidak sengaja kita langgar, seperti misalnya perintah JILBAB bagi wanita baligh. Padahal kata kitab kita nih, wanita yang tidak menutup auratnya atau memperlihatkan auratnya kepada laki-laki selain muhrimnya, dijamin demi ALLAH semua ibadahnya sia-sia...Trus perintah yang terlihat sepele, tetapi kita selalu abaikan, misalnya perintah untuk tidak bersentuhan antara wanita baligh dengan laki-laki baligh, perinth untuk membaca Al-qur’an, perintah senantiasa menjaga diri dari najis dan hadast. Dan masih banyak lagi kewaiban-kewajiban lain yang selalu kita anggap remeh. Kita masih ingat kan, waktu kecil kita sering diajarkan oleh guru mengaji kita, bahwa di akhirat nanti semua apa yang telah kita lakukan di dunia (sekecil apapun) akan ditimbang. Ketika "kebaikan" yang telah kita lakukan lebih banyak dari pada “keburukan”, maka kita akan masuk surga. Namun apa bila "keburukan" yang kita lakukan ternyata lebih banyak dari pada "kebaikan” yang telah kita lakukan, maka mau tidak mau NERAKA akan menjadi tempat kita tinggal. Sering kita tertipu dengan kata-kata (yang bahkan mungkin telah menjadi slogan sebagian besar umat muslim) bahwa “orang islam pasti masuk SURGA”. Iya benar memang, kita semua pasti masuk surga, tapi pertanyaannya KAPAN? Kalau ternyata timbangan kita lebih berat pada “keburukan” maka kita akan terlebih dahulu disiksa di neraka sebelum kita masuk surga. Untuk satu dosa kecil yang kita lakukan, hukuman yang akan kita lewati di neraka akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sedangkan waktu satu hari di neraka sama dengan bertahun-tahun di DUNIA. Coba aja bayangin, misalnya hukuman yang akan diterima oleh manusia yang bersentuhan (salaman dll) antara laki-laki baligh dengan wanita baligh yang bukan muhrim, adalah ditusuk dengan jarum yang terbuat dari api neraka. Yang katanya kalau saja jarum itu ditusukkan ke BUMI yang kita tempati kita sekarang ini, maka niscaya bumi tempat kita berpijak ini akan langsung meledak. Bayangkan saja gimana sakitnya ketika jarum itu ditusukkan keseluruh tubuh kita namun tubuh kita merasakannya secara perlahan-lahan. Apakah kita dapat bertahan terhadap siksaan seperti itu yang akan kita kita lewati selama berjuta-juta tahun? Jangankan siksaan seperti itu, wong kalau kita kena paku saja, rasa sakitnya luar bisa kan? Itu baru satu dosa. BERAPA DOSA YANG KITA SISAKAN setelah ALLAH menghitung antara amalan dan dosa kita???

Desember 28, 2009

Mengkritik itu mudah

Mengkritik itu mudah, karena melihat kesalahan orang lain itu gampang. Namun kritik yang didasari oleh mencari-cari kesalahan orang lain tak mungkin dapat mempermudah keadaan. Anda tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga anda untuk menilai apakah orang lain telah berbuat salah atau benar. Karena itu sangat mudah! Yang sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri. Waspadailah bila anda begitu pandai mengkritik. Jangan-jangan anda tak mampu lagi melihat kebenaran. Dan sebuta-butanya orang ialah mereka yang tak bisa menangkap cahaya kebenaran. Sekali anda gembira bisa menemukan sebutir debu kesalahan orang lain, anda tergoda untuk mendapatkan yang sebesar kerikil. Begitu seterusnya, hingga tanpa sadar anda telah menciptakan gunung kesalahan orang. Orang tak pernah suka berkaca pada cermin yang memantulkan kekurangan wajahnyaMaka dari itu janganlah anda menjadi bayangan atas kesalahan orang lain. Bantulah mereka menemukan sisi positif diri mereka. Di saat itu pula orang lain akan memantulkan sisi baik anda sendiri.