Januari 02, 2010

Waktu Kita

Temen-temen, coba bayangin dech jika selama kita hidup, kita hanya melakukan ibadah-ibadah "besar" saja. Dengan kata lain kita hanya melakukan sholat dan puasa wajib pada waktu bulan ramadhan (dengan kualitas ibadah yang masih "diragukan"). Maka rata-rata orang hanya mengabdi, memohon dan "ingat" pada ALLAH "hanya" 6 tahun. Sedangkan 37 tahun kita habiskan untuk pekerjaan yang masih belum pasti apakan bernilai "ibadah", perbuatan yang tidak bernilai apa-apa atau bahkan mungkin kegiatan yang bernilai "dosa" (TIDUR, MAKAN WAJIB dan BEKERJA). Dan sisanya selama 7 tahun lebih tidak jelas lagi. Banyak orang yang berdalih bahwa setiap pekerjaannya mereka niatkan untuk ibadah sehingga bernilai ibadahCoba kita ingat-ingat lagi, dan tanya pada diri sendiri apakah benar setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu kita niatkan untuk ibadah? Saya sendiri tidak yakin, coba, kegiatan apa yang selalu kita awali dengan niat (niat yang benar-benar datang dari dalam hati dan kita iringi dengan doa) atau sekedar kita awali dengan mengucap Bismillah. Saya rasa, dan saya yakin sebagian besar dari kita pasti senantiasa "LUPA" untuk melakukan itu. Belum lagi kalau kita bicara kewajiban-kewajiban lain yang segaja tidak sengaja kita langgar, seperti misalnya perintah JILBAB bagi wanita baligh. Padahal kata kitab kita nih, wanita yang tidak menutup auratnya atau memperlihatkan auratnya kepada laki-laki selain muhrimnya, dijamin demi ALLAH semua ibadahnya sia-sia...Trus perintah yang terlihat sepele, tetapi kita selalu abaikan, misalnya perintah untuk tidak bersentuhan antara wanita baligh dengan laki-laki baligh, perinth untuk membaca Al-qur’an, perintah senantiasa menjaga diri dari najis dan hadast. Dan masih banyak lagi kewaiban-kewajiban lain yang selalu kita anggap remeh. Kita masih ingat kan, waktu kecil kita sering diajarkan oleh guru mengaji kita, bahwa di akhirat nanti semua apa yang telah kita lakukan di dunia (sekecil apapun) akan ditimbang. Ketika "kebaikan" yang telah kita lakukan lebih banyak dari pada “keburukan”, maka kita akan masuk surga. Namun apa bila "keburukan" yang kita lakukan ternyata lebih banyak dari pada "kebaikan” yang telah kita lakukan, maka mau tidak mau NERAKA akan menjadi tempat kita tinggal. Sering kita tertipu dengan kata-kata (yang bahkan mungkin telah menjadi slogan sebagian besar umat muslim) bahwa “orang islam pasti masuk SURGA”. Iya benar memang, kita semua pasti masuk surga, tapi pertanyaannya KAPAN? Kalau ternyata timbangan kita lebih berat pada “keburukan” maka kita akan terlebih dahulu disiksa di neraka sebelum kita masuk surga. Untuk satu dosa kecil yang kita lakukan, hukuman yang akan kita lewati di neraka akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sedangkan waktu satu hari di neraka sama dengan bertahun-tahun di DUNIA. Coba aja bayangin, misalnya hukuman yang akan diterima oleh manusia yang bersentuhan (salaman dll) antara laki-laki baligh dengan wanita baligh yang bukan muhrim, adalah ditusuk dengan jarum yang terbuat dari api neraka. Yang katanya kalau saja jarum itu ditusukkan ke BUMI yang kita tempati kita sekarang ini, maka niscaya bumi tempat kita berpijak ini akan langsung meledak. Bayangkan saja gimana sakitnya ketika jarum itu ditusukkan keseluruh tubuh kita namun tubuh kita merasakannya secara perlahan-lahan. Apakah kita dapat bertahan terhadap siksaan seperti itu yang akan kita kita lewati selama berjuta-juta tahun? Jangankan siksaan seperti itu, wong kalau kita kena paku saja, rasa sakitnya luar bisa kan? Itu baru satu dosa. BERAPA DOSA YANG KITA SISAKAN setelah ALLAH menghitung antara amalan dan dosa kita???

2 komentar:

  1. pertamax......... sangat mencerahkan buat saya yang masih......... trima kasih kawan atas pencerahannya.... akan rizky renungkan.....

    BalasHapus
  2. Sama-sama sobat, kita sebagai makhluk ciptaan tuhan harus sama-san saling mengingatkan

    BalasHapus